BELAJAR DITENGAH KESIBUKAN


BELAJAR DI TENGAH KESIBUKAN.

Banyaknya aktivitas harian yang rutin kita kerjakan, bisa jadi tanpa  kita sadari telah memasung potensi kita untuk berkembang Meskipun itu adalah aktivitas yang masih terhitung ada manfaatnya Hal Ini bisa kita lihat pada kondisi kita sekarang, Bila kita perhatikan keadaan kita hart ini, mungkin nyaris sama dengan keadaan kita satu atau dua tahun yang lalu. Dari sisi hafalan misainya, Tahun lalu, berapa juz al-qur'an yang kita hafal, barapa hadits yang kita Ingat, Berapa buku yang telah kita baca. Lalu bandingkan dengan tahun Ini, adakah perkembangan yang berarti? Jawabannya tentu sangat bervariasi antara satu dengan yang lain. Bila kita termasuk yang belum banyak perkembangan atau malahan lebih buruk dari tahun kemarin, kita perlu Segera memperbaiki diri. Alasan klasik yang paling sering mengemuka ketika tak ada perbaikan pada diri kita adalah kesibukan, 

SESIBUK APAKAH KITA? 

Sebelum mencari solusi, kita patut menengok kembali aktivitas harian kita. Benarkah kita betul-betul sibuk sehingga tak ada waktu lagi untuk menghafal, membaca buku dan mengembangkan potensi? Karena tidak sedikit mereka yang beralasan sibuk, tapi masih sempat Mmenongkrongi TV berjam-jam, tidur lebih dari 6 jam sehari, atau membuang waktu sia-sia. 

Dengan 24 jam sehari, sangat banyak aktivitas yang bisa kita kerjakan, Para ulama dahulu, mereka juga memiliki kebutuhan hidup Seperti kita. Mereka bekerja mencari ma'isyah, mendidik anak, juga  bermasyarakat, tapi tetap bisa berkembang potensi ilmu dan amalnya, padahal waktu yang mereka miliki dalam sehari semalam juga 24 jam saja. Bukankah Abu Hanifah yang ahli fikih itu seorang pedagang yang sukses? Tapi, derajat ilmunya seperti yang diungkapkan Imam Malik, “Dialah an-Nu'man (Abu Hanifah) yang seandainya Ia berkata bahwa tiang masjid Ini emas, niscaya perkataannya akan dijadikan argumen." Ulama lain mengatakan, “Semua ahli fikih (sepeninggal Abu Hanifah) adalah murid dari Abu Hanifah." 

Taruhlah kita benar-benar sibuk, ini bukan berarti kita boleh pamit dari menuntut ilmusyar'i. Apalagi ilmu yang bersifat fardhu ain, Sudah semestinya kita meluangkan waktu khusus untuk menuntut ilmu, meskipun harus memangkas aktivitas lain yang penting. Karena ilmu sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Baabu kulli ta'abbud”, pintu dari segala ibadah. 

Ilmu hanya bisa didapatkan dengan belajar, 

“Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar.” (HR Bukhari) 

Dan untuk belajar, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Imam asy-Syafi'i memberikan nasihat yang sangat terkenal,  

“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam hal, akan saya jelaskan rinciannya dengan jwas, Dengan kecerdasan (berfikir), tamak terhadap ilmu, kesungguhan, dirham (biaya), berguru kepada ustadz dari waktu yang panjang."Paling tidak, ada waktu satu atau dua jam yang kita luangkan setiap satu pekan untuk menghadiri pengajian. Sedangkan untuk belajar, kita bisa memanfaatkan waktu malam sebelum tidur.

Seperti imam asy-Syafi'i yang menggunakan sepertiga malam di awal untuk belajar. Atau Imam al-Jurjaani yang sanggup menulis 90 halaman setiap malamnya dengan khath (huruf) yang kecil-kecil. Hingga adzDzahabi memperkirakan, andai beliau berhasrat menyalin kitab Shahih . Muslim, niscaya beliau bisa merampungkan dalam waktu satu pekan. Padahal, untuk ukuran sekarang, kitab Shahih Muslim rata-rata 1500 halaman, masya Allah. 

BELAJAR DI TENGAH KESIBUKAN 

Selain waktu yang secara khusus kita luangkan untuk belajar, sebenarnya masih banyak aktivitas yang bisa kita barengi sambil belajar. Jika yang aktif tangan kita, maka telinga bisa mendengar, lisan bisa mengulang hafalan. Atau bisa juga di sela-sela kesibukan. Seperti Imam an-Nawawi saat masih kecil, beliau menghafal al-qur'an dan hadits-hadits Nabi di sela-sela melayani pembeli di toko tempatnya berjualan. 

Bagi Anda yang sering melakukan perjalanan naik bus, maka kesempatan belajar sangat terbuka, Membaca, mendengarkan rekaman melalui ear phone, menambah hafalan atau mengulangnya, bahkan menulis bisa Anda lakukan. Perjalanan Imam asy-Syafi'i menuju Madinah untuk berguru kepada Imam Malik, beliau tempuh selama delapan hari delapan malam, dan di perjalanan beliau mampu: 

Mengkhatamkan al-qur'an tebih dari sepuluh kali. Sedangkan Imam Tirmidzi, beliau banyak menulis hadits di atas kendaraannya, sambil mengembara mencari hadits-hadits Nabi yang dihafal oleh para ulama di berbagai negeri.
Ala kulli hal, hendaknya kita manfaatkan waktu sebisa mungkin untuk menambah ilmu meski di tengah kesibukan. Abdullah bin Ahmad bercerita tentang ayahnya, Ahmad bin Hambal, “Saya tidak melihat ayah melainkan dalam keadaan tersenyum, membaca, atau menelaah." Begitu juga dengan Khathib al-Baghdadi, seorang muridnya mengatakan, “Setiap kali saya melihatnya, di tangannya selalu ada buku.” 

Untuk memotivasi semua itu, setiap upaya yang kita lakukan, baik dengan berjalan menuju tempat belajar, maupun membaca, mendengar dan menghafal ilmu-ilmu syar'i akan semakin mendekatkan kita menuju jannah. Nabi bersabda, 

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke jannah.”
 (HR Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan).

FISIK DAN RUPA BUKAN SEGALANYA 

Memiliki wajah tampan atau cantik bagi perempuan dengan fisik | yang ideal adalah karunia sekaligus ujian. Adakah hal tersebut menjadi penghalang untuk mengabdi kepada Pencipta atau sebaliknya. Di sisi lain, wajah pas-pasan, fisik yang kurang ideal dilihat orang, atau cacat sekalipun, tidak berarti sebagai musibah. Bukan pula sebagai alamat kemurkaan Allah. Terpuji atau tercela seseorang bukan karena faktor fisiknya. Allahlah yang mencipta, sedangkan bagi-Nya segala puji, tiada sedikitpun cela bagi-Nya. 
Derajat manusia ditentukan oleh hati dan hasil karya yang dia upayakan, bukan bentuk fisiknya. Nabi bersabda, 

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." 

Jika demikian, rasa minder dan kurang percaya diri tak boleh menjadi penghambat untuk menjadi orang terdepan dalam mengabdi kepada-Nya. Toh masih banyak potensi yang bisa dikerahkan untuk | meraih derajat yang tinggi, menjadi ulama, pemimpin atau orang yang memiliki peran istimewa dalam Islam. Tak perlu berangan dan mengkhayal, “Andai saya setampan ustadz Fulan, andai saya segagah . Kyai fuan,” karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika Anda memiliki satu sisi kekurangan sesungguhnya Anda memiliki banyak sisi kelebihan.

TERDEPAN, MESKI FISIK KURANG MEYAKINKAN 

Sejarah tak hanya mencatat orang-orang yang dengan fisk yang kurang menarik, bahkan tak sedikit yang cacat, namun dalam hat prestasi sulit dilampaui oleh orang yang sempurna fisiknya, 

Jika Anda merasa tidak percaya diri untuk berdakwah, tampil di podium untuk ceramah, atau sudah merasa kurang layak menduduki derajat ulama dan da'i, simaklah kisah berikut ini. 

Suatu kali, terjadi perdebatan antara Khalifah Muawiyah radhiallahu anhu dengan tokoh tabi'in Ahnaf bin Gais. Sementara Ummul Hakam, adik perempuan Muawiyah mendengar dari balik tabir. Dari logatnya, retorika berbicara dan logika yang disampaikan oleh Ahnaf bin qais, terbayang olehnya, bahwa Ahnaf seorang yang gagah, tampan dan rupawan. Rasa penasaran muncul di benak Ummul Hakam. Disingkapnya tabir penutup untuk melihat seperti apakah gerangan orang yang begitu berani berargumen di hadapan khalifah. Ternyata ia adalah seorang yang bertubuh kecil, kepalanya botak, dagunya miring, matanya cekung dan kedua kakinya bengkok. Tiada kekurangan fisik yang dimiliki manusia, melainkan dia mendapat bagiannya. 

Melihat fisik dari Ahnaf, Ummul Hakam keheranan, lalu bertanya kepada kakaknya, “Wahai Amirul Mukminin, siapakah orang itu? Berani benar mendebat khalifah di rumahnya.” Mu'awiyah menghela nafas panjang lalu berkata, " Begitulah, jika dia sedang marah niscaya seratus ribu penduduk Bani Tamim akan ikut marah tanpa tahu sebabnya. Dia adalah Ahnaf bin qais, pemuka Bani Tamim  dan pahlawan bangsa Arab.”

 KEMAMPUAN MELESAT, MESKI JASADNYA CACAT 

Yang lebih menakjubkan, sejarah mencatat orang-orang besar yang menyandang cacat tubuh. Potensi mereka melesat jauh melampaui orang-orang yang lengkap anggota tubuhnya. Tingkat syukur mereka pun meroket di atas orang-orang yang berjasad tanpa cacat seperti dirinya. 

Di kalangan sahabat, ada Abdullah bin Umi Maktum yang tuna netra namun sanggup memimpin para senior sahabat di kala damai dan perang. Anas bin Malik meriwayatkan, 

“Rasulullah mewakilkan kota Madinah kepada Ibnu Ummi Maktum sebanyak dua kali. Ia menjadi imam shalat mereka meskipun ia buta.” (HR. Ahmad). 

Di abad ini, kita mengenal syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. Siapakah penuntut ilmu syar'i yang tidak mengenalnya. Beliau menjadi ketua Lajnah ad-Da'imah, sebuah lembaga yang memiliki kewenangan untuk berfatwa di Saudi. Fatwa-fatwa beliau juga banyak tersebar ke seluruh negeri. Orang-orang dari berbagai penjuru dunia datang untuk menuntut ilmu kepada beliau. Hasil karya beliau juga banyak dijadikan rujukan para penuntut ilmu. Berapa banyak orang yang sesat lalu mendapat hidayah melalui buku beliau. Berapa banyak orang yang tak memahami perkara syariat lalu menjadi pakar lantaran belajar kepada beliau. Derajat itu mampu beliau raih, meskipun ja dalam keadaan tuna netra.
Gambar

Siapa pula yang belum mendengar nama Syeikh Ahmad Yasin, Tokoh Palestina yang paling diperhitungkan kafir Israel semasa hidupnya. Untuk menyudahi perannya di kancah jihad, tiga rudal sekaligus dimuntahkan dari tiga arah oleh Israel, Hal Ini Ini dilakukan oleh musuh karena mereka sadar akan perannya yang sangat urgen bagai para pejuang. Alangkah berharga nyawanya di mata kawan dan lawan. Padahal, usianya telah uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, dan setiap hari Ia harus menggunakan kursi roda. 

Jadi, masihkah tersisa rasa minder untuk optimal dalam berperan li'lai kalimatillah, hanya karena cacat fisik, apalagi sekadar kurang ideal rupa dan fisiknya? 

Ya Allah muliakanlah kami dengan Islam.

■ Dikutip dari Buku MUSLIM HEBAT Karya Ustadz Abu Umar Abdillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEUKIMIA DIDEPAN MATA (BAG.3)

GADGET DAN ANAK MUDA (BAG.2)

PENGARUH MAKANAN TIDAK SEHAT (BAG.2)