SILATUROHIM KE 'ALIM ULAMA'
SILATUROHIM KE ALIM ULAMA'
📝Kurniaw4n_85
بسم الله الرحمن الرحيم
Sore ini alhamdulillah punya kesempatan bersama Sahabat Bahjahtul Waalidaian mengunjungi beberapa Alim Ulama', kesempatan pertama untuk bersilaturohim dan ingin menimba ilmu ke salah satu kaligrafer kelas dunia. Beliau adalah Ustadz Faiz(Rohimahullah) yang bertempat tinggal di Perum. Gempeng Citra Asri Gempeng. Setelah salam Alhamdulillah dipersilakan duduk oleh anak sulung Beliau serta disambut dengan ramah dan hangat. Setelah menunggu beberapa menit Beliau kemudian keluar menemui kami.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِي فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ » [ أخرجه أحمد وغيره ]
“Siapa yang menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Dan dalam satu riwayat:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ سَلَكَ طَرِيْقَ عِلْمٍ سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ» [ أخرجه أحمد وغيره ]
“Siapa yang menelusuri jalan ilmu niscaya Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan baginya satu jalan dari jalan jalan surga.”
Sesungguhnya mengambil ilmu dari para ulama merupakan jalan ilmu, yaitu jalan yang dilakukan oleh para ulama.
Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu berkata:
« لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا بَقِيَ الْأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ أَوْ يُعَلِّمَ اْلآخَرَ, فَإِنْ هَلَكَ اْلأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يُعَلِّمَ أَوْ يَتَعَلَّمَ اْلآخَرُ هَلَكَ النَّاسُ »
‘Senantiasa manusia berada dalam kebaikan, selama masih ada generasi pertama sehingga ia mengajar atau generasi berikutnya belajar. Maka jika habis (wafat) generasi pertama sebelum mengajarkan ilmu atau belajar generasi sesudahnya niscaya binasalah manusia.’
Beliau memberikan petuah "La yashihul kalam illa bi tho'am" artinya tidak sah satu percakapan kecuali ada makanan. Sambil mempersilakan menyantap jajan hari raya dan kurma kami tertawa bersama. Sambil saya ambil kurma satu pack tersebut untuk dibagikan kekawan kawan sambil saya ulangi perkataan Ustadz Faiz, La yashihul kalam illa bi tho'am.
Setelah mendengar banyak mauidzoh hasanah tentang masalah nasab Beliau, kemudian kampung halaman Beliau sampai banyak bercerita tentang kisah kisah dalam Al Qur'an. Beliau mengkisahkan tentang Maryam ketika mengandung dan melahirkan, selanjutnya kisah Nabi Ibrahim yang belum dikaruniai anak sampai diusia tua sampai kisah Ibunda hajar bersama Ismail ketika diletakkan digurun tandus dan berbatu, disebabkan Allah Azza Wa Jalla memerintahkan hal tersebut kepada Kholilullah Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
رَبَّنَاۤ اِنِّىۡۤ اَسۡكَنۡتُ مِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ بِوَادٍ غَيۡرِ ذِىۡ زَرۡعٍ عِنۡدَ بَيۡتِكَ الۡمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيۡمُوۡا الصَّلٰوةَ فَاجۡعَلۡ اَ فۡـٮِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهۡوِىۡۤ اِلَيۡهِمۡ وَارۡزُقۡهُمۡ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُوۡنَ
Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS IBROHIM : 52)
Sesaat kemudian setelah mendengarkan kisah kisah yang beliau sampaikan kemudian kami undur diri. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Beliau disebabkan banyak sekali ilmu yang disampaikan kepada kami.
Setelah dari gempeng kami berpindah kerumah Ustad Basith Mualy (Rohimahullah) di Lumpang Bolong Dermo, setelah salam kemudian kami dipersilakan masuk. Alhamdulillah sambutan Beliau begitu hangat terhadap kedatangan kami. Setelah jajanan hari raya dibuka, kami mulai menyantap makanan sambil mengobrol. Ketika saya memasuki rumah Beliau buku, kitab terpampang rapi didalam rak rak buku. Hampir seluruh rumah beliau dipenuhi kitab dan buku. Saya pernah bertanya kepada beliau tentang motif mengkoleksi buku sebanyak itu. Beliau menjawab "Memang saya ingin membuat perpustakaan keluarga, buat bacaan anak dan cucu." "Dari kapan mulai mengumpulkan buku dan kitab ustad?" "Sejak bujang semasa kuliah di Ma'had Aly Manarul Islam Bangil. Saya menduga beliau ingin mewujudkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam :
إنَّ الأنْبِياءَ لَمْ يُورِّثُوا دِينَاراً وَلا دِرْهَماً وإنَّما ورَّثُوا الْعِلْمَ، فَمنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi ‘Alaihimush Shalatu was Salam tidak mewariskan emas maupun perak yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Maka dengan membiasakan anak membaca dari kecil, akan merangsang minat dan melatih daya baca seseorang dengan buku dan kitab kitab. Setelah mengobrol panjang dan lebar kemudian terdengar tarhim, suara bacaan dimusholla kampung menjelang adzan magrib. Kemudian kami undur diri untuk selanjutnya menuju rumah Ustad Ridwan (Rohimahullah) di Pesanggrahan Gempeng.
Setelah melaksanakan sholat magrib berjama'ah, kami melanjutkan silaturohim kerumah Ustadz Ridwan. Sesaat setelah salam kemudian kami dibukakan pintu oleh anak mantu Beliau. Ternyata ada tetangga depannya juga menghampiri kami bilang kalau Ustad Ridwan masih mudik ke Lamongan.
Selanjutnya perjalanan menuju Ustadz Amin Syukroni (Rohimahullah) didaerah Pandean Kiduldalem, setelah salam kami dipersilakan masuk dan disambut dengan hangat. Sambil membuka jajanan hari raya kami mulai mengobrol. Ustad Amin Syukroni adalah salah satu pengurus masjid Manarul Islam yang begitu banyak jasanya, untuk menggiatkan dan memakmurkan kegiatan dimasjid dengan berbagai acara. Setelah beberapa saat kami juga pamit undur diri untuk kemudian menuju Ustad Umar Fanani.
Sejurus kemudian karena rumah Ustad Umar (Rohimahullah) hampir berdekatan dengan Ustad Amin Syukroni. Setelah salam agak beberapa lama kemudian cucu Ustad Umar membukakan pintu gerbang. Selanjutnya kami dipersilakan masuk. Ustad Umar kemudian datang dan memberi salam. Beliau banyak bercerita tentang jenjang pendidikan dari Lipia, kemudian ke Akademi Tabligh Muhammadiyah yang berada di Yogyakarta. Selanjutnya beliau berguru ke Ustadz Abdul Qodir Hasan, anak dari Ustad A. Hasan. Kemudian saya bertanya : "Apakah ustad adalah salah satu murid Ustad A.Hasan? Kemudian Beliau menjawab : "Saya ketika masuk Pesantren Persis yang mengajar adalah Ustadz Abdul Qodir Hasan." Dulu santrinya sekitar 21 orang, setelah lulus 21 orang tersebut baru kemudian mengambil santri kembali. Kemudian saya bertanya kembali : "Apa resepnya awet muda ustad"? Langsung Beliau menjawab : "Beliau balik bertanya kepada kami, apa tujuan Allah menciptakan kita?" Kami menjawab untuk beribadah. Kemudian menjelaskan bahwa memang manusia diciptakan untuk beribadah dengan ikhlas kepada Allah Azza Wa Jalla dan ittiba' kepada Rosulullah Shalallahu Alaihi Salam.
Dari perjalanan silaturohim ini, kami dapat mengambil banyak pelajaran. Yaitu tentang kegigihan dan keistiqomahan para alim ulama' untuk mendakwahkan serta mengajarkan berbagai macam ilmu yang mereka kuasai dalam rangka membangun pemahaman umat islam, agar semua amal mereka berlandaskan ilmu. Juga tentang semangat belajar ulama' yang begitu berkobar dan membara dari usia muda hingga usia senja. Berbanding terbalik dengan generasi zaman sekarang yang begitu rendah minat belajarnya. Melihat koleksi buku dan kitab kitab ulama' yang terpampang di rak depan ruang tamu, mencerminkan bagaimana mereka sangat dekat dengan ilmu dien. Semoga kita sebagai generasi muda dapat melanjutkan semangat dakwah para alim ulama' sehingga Islam dan kaum muslimin mendapatkan kembali izzahnya(kemulian), sebagaimana para pendahulu pengemban dakwah ini. Islam menjadi dien yang mengatur segala aspek sendi kehidupan. Dari urusan ke kamar mandi sampai mengurusi negeri; dari urusan rumah tangga hingga urusan negara.
Diantara perintah untuk menggapai kemuliaan syariat Islam sebagai puncak peradaban terbaik manusia, yaitu sebagaimana Allah Ta’ala, berfirman,
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّينِ مَا وَصّٰى بِهِۦ نُوحًا وَالَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرٰهِيمَ وَمُوسٰى وَعِيسٰىٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura 42: Ayat 13)
Ayat diatas menegaskan tentang pentingnya perintah menegakan agama Allah. Pengarang Tafsir Fathu al-Qadir, Imam asy-Syaukani merangkum beberapa pendapat terkait perintah menegakkan agama tersebut.
Muqatil berkata, perintah menegakkan agama berarti meneguhkan urusan tauhid. Mujahid menjelaskan, tidaklah Allah mengutus Nabi dan Rasul kecuali mengajarkan shalat, zakat, dan istiqamah menetapi perintah-perintah Allah lainnya.
Sedang Qatadah berpendapat, agama ini bisa tegak jika kaum muslimin sudah sanggup menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram.
Senada, Mufassir Abdurrahman as-Sa’di menerangkan, menegakkan agama adalah mengerjakan seluruh syariat agama, baik yang bersifat ushul (pokok) maupun furu’ (cabang).
Semuanya diamalkan secara individu (fardhu ain) lalu didakwahkan kepada orang lain. Hal ini tentunya membutuhkan ta’awun (kerjasama), saling menasihati dan mengingatkan untuk perkara kebaikan dan ketakwaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
-------------------------------------------------------------------
○ Komuter Supas, Senin 5.35° 8 Syawal 1446 Hijriyah/ 7 April 2025
Komentar
Posting Komentar