BUDAK HAWA NAFSU (BAG.1)

 📝Kurniaw4n_85

بسم الله الرحمن الرحيم

 Akan datang zaman manusia sudah tidak mengenal lagi urusan halal dan haram. Yang ada adalah bagaimana memenuhi hawa nafsunya; nafsu untuk memiliki jabatan, nafsu untuk memiliki harta dan kekayaan, nafsu untuk memenuhi hasrat kepada perempuan yang tidak dihalalkan syariat.

   Masing hangat berita seorang oknum pegawai yang berkaitan dengan hukum, memiliki uang sejumlah Rp. 920 miliar dan emas seberat 51 Kg; hasil dari markus(makelar kasus). Jika seseorang menjadikan hawa nafsunya sebagai penggerak anggota badannya, bisa dipastikan  perbuatannya akan melanggar hukum hukum syariat. 

   Jika hawa nafsu selalu diperturutkan hakikatnya  mereka sedang menyembahnya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 Surat Al-Jatsiyah Ayat 23

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

   Ayat ini menyasar orang-orang yang menyembah hawa nafsunya. Mereka menganggap bahwa kehidupan hanyalah di dunia. Setelah mati, maka segala sesuatunya berakhir. Oleh karena itu, perbuatan yang mereka lakukan tidak didasarkan pada prinsip kebenaran, kebaikan, kemaslahatan, dan keindahan.

Menurut Muqatil bin Sulaiman, ayat ini turun untuk menerangkan sikap orang kafir Mekkah. Ketika Muhammad diutus menjadi nabi, beberapa pemuka Mekkah sebenarnya mengakui bahwa apa yang disampaikan Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam adalah sesuatu yang benar. Hal ini terbukti dari pernyataan Abu Jahal kepada Walid bin al-Mughirah: “Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa Muhammad itu adalah orang yang benar”.

  Hanya saja, pengakuan itu tidak dimanifestasikan dalam perbuatan. Mereka lebih memilih mengikuti hawa nafsu; menjaga status sosial, ekonomi, dan sebagainya. Hawa nafsu adalah kecenderungan hati untuk mengikuti dorongan syahwat tanpa kendali akal.

“Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka. Apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat. Seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya” (Tafsir Kemenag, jilid 9, hlm. 224).

   Oknum markus yang mempunyai emas 51 Kg dan Abu Jahal sebenarnya mempunyai satu benang merah yang sama, yaitu ketika hawa nafsu ingin memiliki harta sebanyak banyaknya; maka seseorang akan menghalalkan segala cara. Sedangkan abu jahal dikarenakan hawa nafsunya ingin mempertahankan status sosial sehingga menolak kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

   Semoga kita dijaga dari memperturutkan hawa nafsu sehingga menjadikannya sesembahan selain Allah Azza Wa Jalla. Aamiin.
--------------------------------------
● Raci Bangil, 07.06 Jum'at 3 Dzulqo'dah 1446 H./2 Mei 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEUKIMIA DIDEPAN MATA (BAG.3)

GADGET DAN ANAK MUDA (BAG.2)

PENGARUH MAKANAN TIDAK SEHAT (BAG.2)